Tanah Kelahiran
Oleh Dwi Setio Arini
Masih ku ingat...
Masih ku bayang...
Tanah kering akan air
Tanah banjir yang meluap
Kata-kata permai sang Ibunda permata
Nasihat purwa Ayah sang abdi
Terikat irama si lagu dendang
Berkelana di negeri asing jauh berada
Rinduku akan masa-masa lampau
Masih ku kenang budayawi negara
Tanah tercinta jadi penantian
Disana aku bersuka,berduka,riang gembira
Kawan-kawan dari berbagai adat
Masih aku inginkan masa-masa lampau
Di tanah kelahiranku
Sabtu, 18 Februari 2017
Indonesia
Oleh Uday Udayani
Negeri ini kaya Terbentang lautan diantara samudera Tersebar pulau disekitar khatulistiwa Beribu suku serta berbagai budaya Menghiasi seluruh pelosok nusantara Saling menghargai dan menghormati Menjadikan perbedaan menyatu, bersatu untuk maju Yakin dengan tindakan mengejar cita-cita bersama Mengabdi sepenuh hati pada bangsa Berbagi dalam kebersamaan berusaha tangguh menggapai tujuan untuk kesejahteraaan
Oleh Uday Udayani
Negeri ini kaya Terbentang lautan diantara samudera Tersebar pulau disekitar khatulistiwa Beribu suku serta berbagai budaya Menghiasi seluruh pelosok nusantara Saling menghargai dan menghormati Menjadikan perbedaan menyatu, bersatu untuk maju Yakin dengan tindakan mengejar cita-cita bersama Mengabdi sepenuh hati pada bangsa Berbagi dalam kebersamaan berusaha tangguh menggapai tujuan untuk kesejahteraaan
MERINTIH EMAK BAPAK DAHULU
Oleh Sindi Violinda
Merintih emak bapak dahulu Lebih 70 tahun lalu Merintih, kan nasib anaknya dijadi babu Serbunya, lah pakai bambu Rumah-rumah belum kokoh se kini Rumbia belum nasibnya dapat berdiri Di belakang makan bersama beralaskan beroti Di keesokannya bisa saja mati Kadang tertidur karena lelah berjaga Jangankan kira, mata dalamnya tetap terbuka Kadang seolah santai mencintai keluarga Jangankan kira, jiwanya tetap siap gapai merdeka Akhirnya penjajah dapat mengakui kemerdekaan Indonesia Akhirnya 70 tahun perjuangan emak bapak tak sia-sia Sekarang tidak dijajah dengan perang negara Sekarang dijajah dengan membodohi bangsa Dengan begitu, lah merdeka atau mati Tetap keputusan bangsa sendiri Dengan persatuan sejati akan tetap abadi Dengan tamak, haram mengenyangkan perut sehari- hari Oy, Merdeka emak bapak dahulu Merdeka emak bapak dimasa kini Medan, 19 Agustus 2015 (Pernah dimuat di Harian Waspada, Minggu, 23 Agustus 2015)
Oleh Sindi Violinda
Merintih emak bapak dahulu Lebih 70 tahun lalu Merintih, kan nasib anaknya dijadi babu Serbunya, lah pakai bambu Rumah-rumah belum kokoh se kini Rumbia belum nasibnya dapat berdiri Di belakang makan bersama beralaskan beroti Di keesokannya bisa saja mati Kadang tertidur karena lelah berjaga Jangankan kira, mata dalamnya tetap terbuka Kadang seolah santai mencintai keluarga Jangankan kira, jiwanya tetap siap gapai merdeka Akhirnya penjajah dapat mengakui kemerdekaan Indonesia Akhirnya 70 tahun perjuangan emak bapak tak sia-sia Sekarang tidak dijajah dengan perang negara Sekarang dijajah dengan membodohi bangsa Dengan begitu, lah merdeka atau mati Tetap keputusan bangsa sendiri Dengan persatuan sejati akan tetap abadi Dengan tamak, haram mengenyangkan perut sehari- hari Oy, Merdeka emak bapak dahulu Merdeka emak bapak dimasa kini Medan, 19 Agustus 2015 (Pernah dimuat di Harian Waspada, Minggu, 23 Agustus 2015)
Kamis, 16 Februari 2017
PUISI
MALAIKAT TANPA SAYAP
Ibu............
Sembilan bulan kau mengandungku
Kemanapun kau pergi, kau selalu membawaku
Kau selalu menjagaku
Kau selalu melindungiku
Ibu...........
Kau selalu merawatku
Tanpa lelah kau menjagaku
Kau memberi sayang dan kasihmu
Kau selalu membuatku bahagia
Sampa tetes air mata ini jatuh, kaupun tak rela
Terimakasih ibu
Terimakasih telah memberikan segalanya untuku
AISYAH PUTRI S
SMK 9 SEMARANG
Kamis, 02 Februari 2017
SAHABAT
Wahai para sahabat
Bertemu di suatu tempat
Suasana yang begitu hikmat
Membuat kita semakin dekat
Susah senang kita bersama
Saling membantu sudah biasa
Terkadang kita tertawa
Terkadang kita berduka
Tetap setia dengan sahabat
Meraih mimpi dengan sahabat
Semua kulakukan dengan sahabat
Tetapi tidak untuk sesaat
Sahabat engkau segalanya
Akan kujaga selamanya
Tidak akan terkira
Semua jasa jasa
Langganan:
Postingan (Atom)